Masyarakat Harus Mengetahui Potensi Dampak Kesehatan dari Pakaian Sintetis
Orang-orang biasanya tidak tahu apa yang ada di dalam pakaian yang mereka kenakan sehari-hari. Sebagian besar orang percaya bahwa pakaian yang terbuat dari bahan sintetis atau campuran plastik seperti poliester, akrilik, nilon, dan spandeks aman untuk digunakan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang bahaya yang mungkin disebabkan oleh paparan mikroplastik dari pakaian sintetis.
Menurut Rafika Aprilianti, peneliti dari Ecoton (Ecological Observation & Wetlands Consevation), kain sintetis dapat berubah menjadi mikroplastik. Kemudian dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan atau pencernaan.
BACA JUGA: Risiko Mikroplastik dari Pemanasan Makanan Berbungkus Plastik
Ecoton mencoba mempelajari kain putih-hitam sintetis dengan satu pencucian, yang menghasilkan 1.168 partikel mikroplastik.
Selasa (23/7) Rafika memberi tahu Greeners bahwa ada dampak jangka panjang apabila mikroplasik masuk ke dalam tubuh, yaitu dapat mengganggu sistem kerja hormon, khususnya hormon reproduksi. Penelitian terbaru juga klik disini menemukan bahwa mikroplasik dapat membentuk plak pada pembuluh darah, yang menyebabkan aliran darah tidak lancar.
Pakaian Sintetis Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Ada hubungan antara paparan phthalates ini dan gangguan endokrin yang mempengaruhi sistem reproduksi, perkembangan, dan fungsi hormon tubuh.
Rafika kemudian mengatakan bahwa senyawa triclosan dapat mengganggu fungsi tiroid dan sistem endokrin. Paparan kimia jangka panjang juga dapat menyebabkan resistensi antibiotik, kondisi bakteri, virus, jamur, dan parasit yang tidak dapat dibunuh oleh antibiotik.
BACA JUGA: Peneliti Muda Temukan Mikroplastik di Langit Kediri dengan Drone
Pakaian sintetis tidak hanya menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, tetapi juga berkontribusi pada penyebaran mikroplastik di lingkungan, terutama di sungai.
Rafika menambahkan, “Maka dari itu, masyarakat mesti meminimalkan gaya hidup fast fashion dan tidak membeli baju terus-menerus. Masyarakat juga bisa memilih pakaian dengan serat kain berbahan dasar organik, misalnya katun atau wol, untuk mengurangi pencemaran lingkungan.”
Dalam sebuah video di Instagramnya, Don Kaka, seorang desainer mode asal Los Angeles, menyatakan bahwa pakaian atletik terbuat dari campuran plastik dari nilon dan poliester. Namun, dia menyatakan bahwa banyak orang masih skeptis terhadap kebenaran ini.
Saat aku memberi tahu mereka tentang hal itu, sepertinya mereka bahkan tidak percaya padaku. Kaka mengatakan, “Meskipun kenyataan itu sulit bagi mereka untuk menerimanya, itu justru telah merusak diri mereka.”
Kaka mengatakan bahwa karena nilon dan poliester telah dibuat sepenuhnya dari plastik, tidak mengherankan bahwa pakaian ini dapat menyerap kelembapan karena banyak bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan.
Menurut jumlah mikroplastik yang dikonsumsi setiap orang di seluruh dunia, Indonesia, Malaysia, dan Filipina menduduki peringkat teratas. Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology.
Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa orang Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik setiap bulan. Ini adalah jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di mana partikel plastik sebagian besar berasal dari sumber air seperti makanan laut. Jumlah ini meningkat 59 kali lipat dari tahun 1990 hingga 2018.
Namun, studi Fengqi You dari Cornell University memetakan serapan mikroplastik di 109 negara dan menemukan bahwa Tiongkok, Mongolia, dan Inggris berada di posisi teratas.